“Katak Dalam Tempurung”


image

Puja Mandela

Salah satu hal yang paling mengasyikkan itu ketika kita duduk santai menghadap pohon besar, menikmati angin semilir, semriwing, kalem, rileks, teduh dan sejuk. Pokoknya segerrr lah…

Tiba-tiba datang seorang pria, sambil melotot dia bilang, “hai anak muda…! kenapa kamu menyembah pohon…???!!!

Huahahahhhhahaha…… 

Bisa-bisanya orang lagi santai kok dibilang menyembah pohon. Kalau sudah begini presiden pun pasti kewalahan atau minimal cuma bisa mesam – mesem saja, tanpa membantah atau mengiyakan.

Termasuk saya. Kalau ada orang model begini saya bilang saja, “Lho memangnya kenapa? Urusan sembah menyembah itu urusan saya sama Tuhan, sampeyan baru datang, kenal juga enggak, sudah menuduh saya menyembah pohon. Yo wes sak karepmu…. Heuheuheu….

Menilai seseorang memang tidak bisa hanya melihat bagian luarnya saja. Apalagi cuma sepintas, sekelebatan atau hanya melihat bayangan. Lalu buru-buru menyimpulkan bahwa si anu itu sesat, kafir, pemuja iblis dan berbagai perumpamaan negatif lainnya.

Kata mbah Slamet,  orang seperti ini sama dengan katak di dalam tempurung. Dan ilmu yang digunakan pasti ilmu katak dalam tempurung. Walaupun gelap gulita, menurut dia hidup didalam tempurung itu sangatlah indah, menyenangkan dan membahagiakan.

Didalam tempurung tidak ada yang merasa paling hebat, inovatif, kreatif, paling alim dan bijaksana. Sebab didalam tempurung, yang paling hebat ya cuma katak, alias kodok. Ini kata mbah Slamet lho ya, bukan kata saya. Hehehe….

Tinggalkan komentar