5 Puisi Terbaik Pekan Ini (Mandai Magazine)


Setelah di edisi sebelumnya kami merilis daftar 5 penyair paling berpengaruh di Kabupaten Tanah Bumbu, hari ini kami mencoba memilih 5 puisi terbaik yang ditulis dalam waktu satu minggu terakhir. Tentunya ini bukan hal yang mudah, karena ada banyak sekali puisi yang ditulis dalam kurun waktu tersebut.

Puisi yang kami pilih selain memiliki kualitas yang bagus, juga harus memberikan inspirasi kepada pembacanya. Dalam rapat redaksi kemarin, kami sepakat puisi yang dipilih adalah puisi yang menyajikan pesan yang jelas, tidak abstrak, multi tafsir, apalagi tidak mengandung pesan sama sekali.

Dari puluhan puisi yang kami saring, kami rasa 5 puisi inilah yang benar-benar sesuai dengan kriteria yang kami inginkan. Sebagian besar puisi tentang kritik sosial, kerusakan alam dan lingkungan. Satu puisi bertutur tentang percintaan antara sepasang kekasih. Namun, ada puisi yang menurut kami sangat unik, inspiratif, sekaligus berbobot. Nampaknya pada edisi ini sastrawan muda asal Kecamatan Mantewe, Akhmad Cahyo Setio, sudah mulai bisa menandingi rekan-rekannya yang usianya puluhan tahun lebih tua.

Perjanjian Malam (Goro Mahdi)

Sebenarnya puisi ini tidak masuk kriteria kami. Namun, karena penulis puisi ini urang Barabai dan pemegang saham terbesar di Mandai Magazine juga urang Barabai, jadi kami terpaksa memasukkan puisi romantis Goro Mahdi ke daftar ini. Meski demikian, Anda tidak akan kecewa ketika membacanya, karena puisi ini sangat berbobot dan mengandung pesan tentang kerinduan membuat hujan dan badai reda seketika.

Anak Bukit dan Rimba Raya (Bambang Sucipto)

Puisi ini adalah potret keresahan seorang tokoh pergerakan, aktivis, seniman, penyair, pria sejati, sekaligus budayawan tentang penderitaan anak bukit yang terancam kehilangan tanah airnya. Di satu bait puisinya, Bambang Sucipto menulis, Rimba dipaksa, dirusak dan dianiaya | Di telanjagi tak mengenal budaya | Anak bukit lari terbirit birit diacungi senjata | Anak bukit mati meregang nyawa di tengah belantara | di atas tanah ulayat nenek moyangnya.

Tatangar (M Johansyah)

Salah satu tokoh sepuh sastra di Kabupaten Tanah Bumbu ini memang tak pernah berhenti menghasilkan karya. Kalau di dunia musik, ia mungkin sejajar dengan Koes Plus yang tak pernah berhenti membuat lagu.

Lewat puisi ini, M Johansyah menyampaikan keresahannya tentang kondisi alam yang makin hari makin memprihatinkan. Ia terang benderang menyebut kata Meratus yang hari ini memang terancam oleh kepentingan gerombolan dhemit nusantara yang tak pernah mau peduli dengan kelestarian alam. M Johansyah sukses mengiris-iris hati redaksi Mandai Magazine lewat puisinya ini.

Di Penghulu Hari (Tato A Setyawan)

Penyair kondang asal Balangan, Imam Bukhori, sempat memuji puisi ini. Ia mempertanyakan kenapa puisi sebagus ini tidak pernah muncul di koran ternama seperti Insya Allah Post atau Radar Segumbang?

Ya, puisi ini memang sangat berbobot. Diksi-diksinya mujarab mengobati berbagai macam penyakit, dari ambeien, paru-paru basah, sampai pilek musiman. Oleh karena itu, kami menempatkan puisi ini di peringkat kedua puisi terbaik minggu ini.

Kalau Perlu Sepatu Kucarikan, Kalau Mau Ngutang Maafkan (Akhmad Cahyo Setio)

Di peringkat pertama, dengan bangga kami memilih puisi berjudul Kalau Perlu Sepatu Kucarikan, Kalau Mau Ngutang Maafkan. Dari judulnya saja sudah luar biasa. Menurut redaksi Mandai Magazine, dari sekian ratus puisi, ini adalah puisi terbaik karya Akhmad Cahyo Setio. Pesannya tegas, jelas, tidak bertele-tele. Puisinya pun cukup singkat, hanya empat baris. Namun, meski sangat singkat, puisi ini mengandung pesan yang sangat dalam.

Bahkan, redaksi Mandai Magazine berpikir puisi ini tidak hanya mengandung pesan biasa. Pesan yang ingin disampaikan penyair Mantewe ini adalah pesan suci yang ditujukan kepada seseorang yang suka utang tapi tidak pernah dibayar. Bisnis barunya, yakni Online Shop nampaknya sangat membantu Cahyo dalam proses kreatif penulisan puisi hebat ini.

Mari simak puisinya :

Kau perlu sepatu kucarikan

Kau perlu jam kucarikan

Kau perlu ngutang maapkan

Saya tidak bisa bantu lagi

Tinggalkan komentar